Selasa, 22 Maret 2011

novel is the part of my live

gue suka banget sama novel. gatau kenapa semenjak baca bukunya kak indi yg "waktu aku sama mika", jadi tertarik buat koleksi novel :) sampai sekarang lebih tepatnya, setiap hari jum'at gue selalu alwaaaays tidak pernah never pasti nongrong di toko buku, kalo ga togamas ya gramedia tentunya hihi ( ya iyalan secara gitu loh, toko buku di solo itu cuma itu *yang gue tau* :p )
nah ini sebagian novel gue yang tertata dengan sangat rapinya :p

gue sangat sangat menyukai novel, sampai suatu ketika (halah) pas pelajaran yang sangat2 membosankan gue lebih memilih baca novel daripada dengerin guru yang lagi ceramah. eh lagi nerangin maksudnya hehe:D gue juga menyandang predikat "MISS NOVEL" loh, itu predikat yang dikasih sama temen2 gue hihi (lol). "ga keitung berapa banyak novel yang lu baca bulan ini" selalu kaya gitu tuh comment temen-temen :D
hmm gue sih sadar, sebenernya ga baik juga terlalu sering baca novel kaya gini bahkan gue pun juga bisa dikatakan kecanduan, yah kecanduan gara - gara NOVEL! tapi menurut gue sih, selagi kita bisa bagi waktu antara belajar sama baca novel, its not a big problem! tergantung gimana kita nya sih, gimana cara kita bagi waktu atau gimana cara kita buat ga terlalu ketergantungan sama yang namanya novel hehehe

PATRA

patra, yaaaa itu namanya. seorang anak laki-laki berumur 3th yg gue kenal di kapal penyebrangan bali - jawa :)
hmm sebenernya ga penting banget sih cerita kaya gini, tapi kemaren pas abis baca postingan dr temen di akun SS jadi pengen bikin postingan kaya gini:( asli deh kayanya kangen banget sama anak kecil yg superrdupeer lucu itu. dia pinter ( pinter dalam hal ngomong, nyanyi, ngambek juga hihi ) awal kenalnya pas keliling kapal sama soulmate jailku, lynaa. kita gemeeeeeeus banget sama tuh anak, akhirnya kita deketin deh, di godain gitu ( kaya ketemu cowo ABG ganteng gitu loh :p lol ) haha :D pertamanya de patra ini judes banget banget! sampe2 kita ngrasa malu gara2 ga digubris sama tu bocah. ibunya sih santai aja trus bilang "dia emang kaya gitu mbak, tapi kalo udah kenal pasti akrab". abis denger kaya gitu temenku malah tambah jailin si patra, digodain lah, di cubitin dan segala hal yg terjadi disana (?) :D si ibu bilang sama patra " salaman dulu sama kakak2nya, kan cuma pengen kenal" abis itu patra mau deh salaman sama kita, eh engga kita dink dia cuma mau salaman sama GUE tepatnya :D dia bilang gini " ga mau ah sama kakak yg itu( sambil nunjuk lyna) abis nakal"
TAPIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII *eng ing eng* (lebay banget dah:$)
akhirnya patra mau juga salaman sama temen gue ini, trus kita akrab ngobrol ke kanan ke kiri kedepan kebelakang juga hihi :D pas kapalnya udah mau nyampe dermaga, kita pamitan sama patra *cipika cipikiew* trus turun ke lantai dasar. ehh pas baru nginjek tangga yang keberapa gue lupa ( ya iyalah ngapain coba di inget-inget?lol :p ) kita balik lagi tuh nyariin de patra. and you know what, guuuys? gue minta foto sama patra barengan juga temen gue satu itu :D
gue kasih tuh hape sama ibunya patra, trus *cekriiiik* jadi deh foto kita bertiga, sebenernya gue mau kasih tuh foto tapi berhubung fotonya itu rusak jadi ga jadi deh :( asliiii gue nangis pas tau foto itu rusak :'( padahal cuma punya 1 foto aja :( yauda lah sekian sampe disini perjumpaan kita (halah) :D

Kamis, 17 Maret 2011

Jeritan Hati Orang Tua

Suatu hari seorang sahabat pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam hidupnya. Ketika dia sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata sang sahabat tertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.
Lalu sang sahabat mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara.
Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.

Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang. Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Apapun keinginan Anak saya, saya usahakan agar terpenuhi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Lalu Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yg mau menemani saya karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya.
Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit2an.
Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita didalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan? Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri. Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat – sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya.

Sejak itu sang sahabat selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-sekali sang sahabat membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung. Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.
Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

When it is the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!

copy :
julidf.wordpress.com